Oleh: Diah Kasmirah
ABSTRAK
Pakan
merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam usaha
petemakan karena dalam usaha peternakan 60 — 80 % biaya produksi
digunakan untuk biaya pakan (Anggorodi, 1979). Salah satu alternatif
yang dapat digunakan untuk pakan unggas yang berasal dari limbah
pertanian yaitu biji karet. Berdasarkan kandungan gizinya, biji karet
mengandung protein kasar 17,08 %, lemak kasar 25,23 %, serat kasar 17,58
% dan energi metabolis 2707,53 kkal/kg (Sutrisna,1997). Hasil
sidik ragam penelitian memperlihatkan bahwa pemberian tepung biji karet
tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas. Hal ini memperlihatkan
bahwa pemberian tepung biji karet sampai level 15% tidak memberikan
pengaruh negatif terhadap berat karkas yang dihasilkan.
Kata kunci: Tepung biji karet potensi untuk pakan ternak
Ø PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara penghasil karet nomor 1 di dunia. Sekitar tiga juta
ha lahan ditanami kebun karet. Tanaman karet ini menghasilkan rata-rata
800 biji karet per pohon per tahun. Dalam setahun, pohon karet berbuah
dua periode. Setiap buah karet mempunyai 2 – 4 biji karet (Murni et al.,
2008). Artinya, Indonesia mampu menghasilkan 2,4 juta biji karet. Harga
biji karet yang diambil dari kebun karet masyarakat adalah Rp. 25,- per
biji. Artinya, biji karet mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi
bahan baku pakan ternak.
Tanaman
karet merupakan tanaman asli brazil yang mempunyai nama latin Hevea
Brasilienis. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada
satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina
dan bunga jantan. Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan
sendiri dan penyerbukan silang. Pohon karet umumnya mulai berbunga pada
umur sekitar tujuh tahun tetapi dapat dirangsang menjadi kurang dari
lima tahun. Proses pemasakan buah berlangsung selama 5 – 6 bulan,
sedangkan musim bijinya serlangsung sekitar 1,5 bulan. Berdasarkan
proses pembuahannya biji karet dibedakan menjadi 3 golongan yaitu; biji
legitim, biji prope legitim dan biji illegitim. (Cecep Haris Nurhidayat,
2009).
Biji
karet mengandung protein dan energi metabolis yang tinggi sehingga
penggunaan tepung biji karet dalam ransum bertujuan sebagai sumber
energi dan sumber protein yang dapat diberikan pada unggas terutama ayam
kampung. Berdasarkan kandungan gizinya, biji karet mengandung protein
kasar 17,08 %, lemak kasar 25,23 %, serat kasar 17,58 % dan energi
metabolis 2707,53 kkal/kg (Sutrisna,1997). Biji karet juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak dengan membuat tepung biji
karet (Hevea brasiliensis Muel Arg).
Tepung
biji karet merupakan salah satu bahan baku alternatif dari pakan ayam.
Keunggulan tepung biji karet adalah tepung biji karet dihasilkan dari
biji tanaman karet yang merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak
ditanam di Indonesia, sehingga ketersediaannya dalam jumlah besar
relatif terjamin. Selain itu biji karet selama ini merupakan biji yang
disia-siakan atau belum dimanfaatkan dan tidak dapat dimakan langsung.
Biji karet terdiri atas kulit luar yang keras dan intinya banyak
mengandung minyak (Murni et al., 2008).
Dilihat
dari komposisi kimianya, kandungan protein tepung biji karet sangatlah
tinggi (Tabel 1 dan 2). Selain kandungan protein yang cukup tinggi, pola
asam amino biji karet juga sangat baik. Asam amino yang paling banyak
terkandung dalam tepung biji karet adalah asam glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan cystine merupakan kandungan asam amino yang terendah (Tabel 3).
Tabel 1. Analisis proksimat tepung biji karet dan beberapa kandungan kimia (100 g berat kering)
Komposisi proksimat
|
Kandungan (%)
|
Air (%)
|
3,6
|
Abu (%)
|
3,4
|
Protein (%)
|
27,0
|
Lemak (%)
|
32,3
|
BETN (%)
|
33.7
|
Tiamin (µg)
|
450,0
|
Asam nikotinat (µg)
|
2,5
|
Akroten dan Tokoferol (µg)
|
250,0
|
Sianida (mg)
|
330,0
|
Sumber: Murni et al. (2008)
Tabel 2. Analisis proksimat tepung biji karet dari alam dan budidaya (berat kering)
Komposisi (%)
|
Biji karet alam
|
Biji karet budidaya
|
Kadar Air
|
14,1 ± 7,0
|
2,6 ± 0,4
|
Kadar abu kasar
|
9,7 ± 2,5
|
2,3 ± 0,2
|
Kadar protein kasar
|
10,3 ± 1,7
|
21,9 ± 1,2
|
Kadar lemak kasar
|
6,4 ± 1,1
|
15,8 ± 1,9
|
BETN
|
73,7,4 ± 5,1
|
65,1 ± 5,2
|
Sumber: Oyewusi et al. (2007
Tabel 3. Susunan asam amino tepung biji karet dari alam dan budidaya (g/kg protein)
Asam Amino
|
Biji karet alam
|
Biji karet budidaya
|
Glutamic acid (Glu)
|
93.10
|
112.50
|
Aspartic acid (Asp)
|
76.00
|
80.40
|
Leucine (Leu)
|
51.60
|
71.90
|
Arginine (Arg)
|
46.00
|
51.10
|
Lysine (Lys)
|
39.50
|
49.90
|
Phenylalanine (Phe)
|
38.90
|
49.00
|
Glycine (Gly)
|
32.60
|
40.10
|
Valine (Val)
|
31.70
|
38.30
|
Isoleucine (Iso)
|
30.10
|
35.10
|
Tyrosine (Try)
|
29.00
|
33.80
|
Serine (Ser)
|
21.00
|
30.20
|
Alanine (Ala)
|
17.80
|
23.90
|
Histidine (His)
|
20.10
|
23.50
|
Threonine (Thr)
|
20.50
|
23.30
|
Proline (Pro)
|
20.20
|
18.10
|
Methionine (Met)
|
10.70
|
14.90
|
Cystine (Cys)
|
9.90
|
14.60
|
Sumber: Oyewusi et al. (2007).
Agar
biji karet dapat dimanfaatkan maka harus diolah terlebih dahulu menjadi
konsentrat (Zuhra, 2006). Menurut George (1985), konsentrat adalah
hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar proteinnya sudah
tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam pembuatannya, fraksi protein
akan lebih tinggi kadarnya dengan cara mengurangi atau menghilangkan
lemak atau komponen-komponen non protein lain yang larut.
Walaupun
mempunyai kandungan nutrien relatif baik, biji karet memiliki zat anti
nutrien yaitu asam sianida (HCN) atau prussic acid. Asam sianida
merupakan salah satu racun yang tergolong kuat dan sangat cepat cara
bekerjanya (Murni et al., 2008). Asam
sianida dalam biji karet dapat dihilangkan atau dikurangi kandungannya
melalui beberapa cara, yaitu perendaman (dipping) selama 24 jam,
pengukusan (steaming) pada suhu 100oC selama 6 jam,
penjemuran (drying) selama 12 jam di bawah sinar matahari atau kombinasi
antara pengukusan dengan penjemuran selama 12 jam.
Ayam
kampung mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap Iingkungan dan
lebih resisten terhadap penyakit dibanding dengan ayam ras begitupula
dalam hal mencerna bahan pakan. Rasyaf (1997) menyatakan bahwa salah
satu yang menjadi ciri khas ayam kampung adalah sifat genetisnya yang
tidak seragam, wama bulu. ukuran tubuh dan kemampuan produksinya tidak
sama. Walaupun demikian pemberian ransum yang berkualitas baik akan
menghasilkan karkas yang balk pula, hal ini berkaitan dengan persediaan
zat - zat makanan yang dibutuhkan dalam menyusun komposisi karkas
diantaranya protein, lemak, air, mineral dan vitamin (Anggorodi. 995).
Berdasarkan data dan informasi tersebut maka dilakukan penelitian
tentang pengaruh pemberian tepung biji karet terhadap kualitas karkas
ayam kampung.
Pemberian
tepung biji karet tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas. Hal
ini memperlihatkan bahwa pemberian tepung biji karet sampai level 15%
tidak memberikan pengaruh negatif terhadap berat karkas yang dihasilkan.
Meskipun rataan berat karkas tidak berbeda nyata namun terjadi
peningkatan berat karkas. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa tepung biji karet dapat diberikan pada ayam kampung umur 16 minggu
sebesar 15% dari total ransum.
Menurut
Bachkum (1983) pemberian biji karet segar pada broiler lebih dari 5 %
dapat menurunkan pertambahan berat badan dan konsumsi ransum. Latif dkk
(1999) menvebutkan bahwa pemakaian tepung biji karet sampai level 4 %
dari ransum puyuh yang sedang tumbuh masih dapat dilakukan sedangkan
penggunaan tepung biji karet sampai dengan tingkat 1 5 % sebagai
pengganti jagung, dalam ransum ayam kampung sampai umur 11 minggu masih
dapat digunakan (Saputro, 2002). Saputro (2002) mengolah biji karet
dengan cara penjemuran selama 2 hari, lalu diovenkan pada suhu 60CC
selama 3 hari, kemudian digiling menjadi tepung.
Menurut
Oyewusi et al. (2007), biji karet mengandung 10 – 22% protein dan asam
amino esensial. Biji karet telah diteliti di Indonesia untuk pakan
ternak hewan darat, namun belum
diteliti untuk pakan ikan. Tepung biji karet yang ditambahkan dengan
metionin dalam ransum babi tidak memberikan konsumsi pakan dan
pertumbuhan yang optimal (Siagian et al., 1992). Menurut Arossi et al.
(1985) dalam Prawirodigdo (2007), penambahan tepng biji karet sampai 19%
dalam pakan masih layak untuk pertumbuhan ayam pedaging strain CP 707.
Selanjutnya, tepung biji karet mampu memsubsitusi 10 - 20% tepung jagung
untuk mamacu pertumbuhan lele hibrid.
Karkas
adalah daging ayam yang masih bersama kulit dan tulangnya yang diproleh
dari hasil pemotongan setelah dipisahkan dari kepala,kaki, dan isi
perut ( Winarno, 1993 Williamson dan Payne, 1993; ). Berat karkas
bervariasi antara 65%-75% dari berat hidup. Persentase berat karkas
merupakan hasil perbandingan antara berat karkas dengan berat hidup
dikalikan seratus persen. Faktor yang mempengaruhi persentase karkas
adalah bangsa, umur, dan jenis kelamin .
Kualitas
karkas adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh seekor ternak pada
kondisi pasar. Nilai karkas dipengaruhi oleh faktor berat karkas, jumlah
daging yang dihasilkan dan kualitas daging dan karkas yang dihasilkan
(Soeparno, 1994). Kualitas karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum dan
setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi
kualitas karkas yaitu genetik, spesies, bangsa tipe ternak, jenis
kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik. mineral)
dan stres, sedangkan faktor setelah pemotongan yaitu metode pelayuan.
stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas, lemak intramuskuler atau
marbling dan metode penyimpanan karkas (Soeparno,1994). Menurut Winarno
(1993) kualitas karkas dapat dilihat dan bentuk tulang dada yang
normal, melengkung panjang ramping seperti perahu, punggung rata,
pertumbuhan daging paha, sayap dan dada yang baik dan berisi.
Meskipun
begitu, informasi tentang pengaruh penggunaan tepung biji karet
terhadap kualitas karkas belum banyak dikemukakan. Penelitian
Tangtaweewipat dan Eliot(1989) pengujian terhadap beberapa bahan pakan
sumber protein nabati alternatif seperti bungkil biji kapuk, bungkil
biji kemiri dan bungkil biji karet masing-masing sebanyak 10 % pada ayam
kampung, dapat memperbaiki konversi pakan dari 4,6 menjadi 4,1 (11,5%).
Ø Kesimpulan
- Penggunaan tepung biji karet dapat menggantikan pakan sumber protein dan energi seperti jagung .
- Pemanfaatan tepung biji karet sebagai pakan dapat menambah nilai ekonomis dari tanaman karet yang ada di indonesia.
- Tepung biji karet dapat diberikan pada ayam kampung sampai umur 6 minggu sebesar 15 % dan total ransum tanpa menurunkan berat karkas dan persentase karkas.
- Penambahan tepng biji karet sampai 19% dalam pakan masih layak untuk pertumbuhan ayam pedaging strain CP 707.
DAFTAR PUSTAKA
Bahasuan,
A. H. 1984. Pengaruh biji karet (Hevea brasiliensis) dalam ransum ayam
pedaging terhadap bobot karkas, bobot lemak rongga tubuh, bobot hati dan
bobot ginjal. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Bachkum,
G.D. 1983. Pengaruh tingkat pemberian biji karet (Havea brasiliensis
dalam ransum terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Tesis.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka L:a.
Jakarta.
Jakarta.
Latif, S. A., Novirman, J dan Yunitasari. 1999. Pengaruh pemakaian tepung biii karet
(Hevea brasilliensis) dalam ransum terhadap performan temak puvuh. Jurnal
Peternakan dan Lingkungan. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas Padang.
Padang.
(Hevea brasilliensis) dalam ransum terhadap performan temak puvuh. Jurnal
Peternakan dan Lingkungan. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas Padang.
Padang.
Lisanti,
R. 1981. Pengaruh beberapa macam pengolahan terhadap susunan zat
rnakara dan racun dalam biji karet. Karya Ilmiah. Fakultas Petemakan.
Institut
Pertanian Bogor.
Pertanian Bogor.
Santoso, U. 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional.Bhratara karya Aksara Jakarta
Siagian,
P. H., H. C. H. Siregar dan Saludink. 1992. Pengaruh penggunaan bungkil
biji karet dalam ransum dengan penambahan metionin terhadap penampilan
dan nilai karkas ternak babi. Abstrak. Fakultas Peternakan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyaratkat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suara Pembaharuan. 28 Agustus 2004. Kebutuhan pakan ternak pada 2010 capai 13 juta ton. Suara Pembaruan Daily. http://www.suara pembaharuan.com/news/2004/08/26ekonom/eko04.htm.[14 Juni 2009].
Suprayudi,
M.A, Bintang M, Takeuchi T, Mokoginta I, and Sutardi T. 1999. Defatted
soybean meal as an alternatif source to subtitute fish meal in the feed
of giant gouramy (Osphronemus gouramy Lac.). Sanzoshoku. 47(4): 551-557.
Eyo,
J. E dan Ezechie C U. 2004. The effects of rubber (havea brasiliensis)
seed meal based diets on diet acceptability and growth performance of
heterobranchus bidorsalis (%) x clarias gariepinus (&) hybrid. Journal of Sustainable Tropical Agriculture Research (2004): Volume 10: 20 - 25.
Halo mas bro blognya keren,gimana caranya yaa bisa sebagus ini makasihh
BalasHapusmakasih dah singgah di blog sederhana ini,kuncinya belajar,mencoba,membaca,mempraktekan..
Hapus